Jumat, 30 Maret 2012

Multiple Intelligence di Dalam Sekolah



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Pendidikan diyakini merupakan salah satu cara untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Alok Chantia dalam studinya, Education as a means of social change mengemukakan bahwa:
Education is the very foundation of good citizenship... It is principal instrument in awakening the child to cultural values, in preparing him for later professional training and in helping him to adjust normally to his environment.” Dengan kata lain pendidikan bisa menjadi hal paling dasar untuk membangun masyarakat yang madani.
Bicara tentang pendidikan, tentu tidak dapat terlepas dari guru sebagai pengajar dan siswa sebagai peserta didik. Namun dalam perjalanan proses pendidikan selama ini, masih banyak ditemukan hal-hal yang tidak mencerminkan proses pembalajaran yang seseungguhnya, dimana siswa diberi keleluasaan untuk dapat mengembangkan potensi diri, bakat, dan minat.
Kesalahan yang pernah dilakukan guru dan mungkin masih dilakukan adalah memnganggap bahwa kesuksesan peserta didik hanya diukur dari aspek kognitif semata yaitu logika (matenatika) dan bahasa. Guru lebih memaksakan kehendak diri tanpa mengindahkan potensi terbesar pada diri siswa yang mampu membawa perubahan besar pada diri siswa itu sendiri.
Kecerdasan intelektual tidak hanya mencakup dua parameter saja yaitu kecerdasan logika dan bahasa tetapi juga harus dilihat dari aspek kinetis, musical, visual-spatial, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Jenisjenis kecerdasan intelektual tersebut dikenal dengan sebutan kecerdasan jamak (Multiple Intelligences) yang diperkenalkan oleh Howard Gardner pada tahun 1983.
Kita sebagai guru cenderung hanya menghargai kemampuan logika (matematika) dan bahasa dengan mengesampingkan perhatian yang seimbang terhadap siswa yang memiliki talenta (gift) di dalam kecerdasan yang lainnya seperti artis, arsitek, musikus, ahli alam, designer, penari, terapis, entrepreneurs, dan lain-lain.
Sangat disayangkan bahwa saat ini banyak siswa yang memiliki talenta (gift), namun tidak mendapatkan reinforcement baik oleh guru itu sendiri ataupun pihak sekolah. Banyak sekali siswa yang pada kenyataannya dianggap sebagai anak yang “Learning Disabled” atau ADD (Attention Deficit Disorder), atau Underachiever, pada saat pola pemikiran mereka yang unik tidak dapat diakomodasi oleh sekolah.
Teori Multiple Intelligences menyatakan bahwa kecerdasan meliputi delapan kemampuan intelektual. Teori tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan intelektual yang diukur melalui tes IQ sangatlah terbatas karena tes IQ hanya menekan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa (Gardner, 2003). Berangkat dari fakta tersebut, sesungguhnya setiap orang memiliki cara yang unik dalam mengatasi permasalahan hidupnya. Kecerdasan tidak hanya dilihat dari nilai yang diperoleh seseorang. Kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat suatu masalah, lalu menyelesaikan masalah tersebut atau membuat sesuatu yang dapat berguna bagi orang lain.

B.       Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.                  Parameter apa saja yang termasuk dalam kecerdasan multiple integensi?
2.      Bagaimana strategi mengajar yang melibatkan multiple intelegensi?
3.      Aktivitas pembelajaran yang bagaimana yang dapat menggali potensi multiple intelegensi?
4.      Bagaimana multiple intelegensi pada program sekolah tradisional? 
5.      Apa saja manfaat dari penerapan multiple intelegensi di sekolah?

C.      Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah;
1.                  Memahami delapan kecerdasan multiple integensi,
2.      Memhami strategi mengajar yang melibatkan multiple intelegensi?
3.      Menjelaskan aktivitas pembelajaran yang dapat menggali potensi multiple intelegnsi,
4.      Memahami implementasi multiple intelegensi pada program sekolah tradisional.
5.      Menjelaskan manfaat apa saja yang didapat dengan menerapkan multiple intelegensi disekolah.

D.      Manfaat Penulisan Makalah
            Manfaat yang kami harapkan setelah penulisan makalah ini adalah;
  1. Dapat memperluas wawasan mahasiswa tentang kecerdasan mulitipel intelegensi,
  2. Sebagai bahan perbandingan bagi makalah lain,
  3. Sebagai bahan referensi.

BAB II
LANDASAN TEORI

A.      Multiple Intelegences
Multiple Intelegensi (MI), menurut Gardner (1983) dalam bukunya Frame of Mind: TheTheory of Multiple intelegences, ada delapan jenis kecerdasan yang dimiliki setiap individu yaitu linguistik, matematis-logis, spasial, kinestetik-jasmani, musikal, interpersonal, intrapersonal, dannaturalis. Melalui delapan jenis kecerdasan ini, setiap individu mengakses informasi yang akanmasuk ke dalam dirinya. Karena itu Amstrong (2002) menyebutkan, kecerdasan tersebutmerupakan modalitas untuk melejitkan kemampuan setiap siswa dan menjadikan mereka sebagaisang juara, karena pada dasarnya setiap anak
Multiple Intelligences adalah delapan kecerdasan yang merupakan pengembangan dari kecerdasan otak (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ). Semua jenis kecerdasan perlu dirangsang pada diri anak sejak usia dini, mulai dari saat lahir hingga awal memasuki sekolah (7 – 8 tahun). (Kompas, 13 Oktober 2003).
Beberapa macam kecerdasan yang diungkapkan oleh Gardner (1983) yaitu: a) Linguistic Intelligence (Word Smart), b) Logical – Mathematical Intelligence (Number / Reasoning Smart), c) Visual – Spatial Intelligence (Picture Smart), d) Bodily – Kinesthetic Intelligence (Body Smart), e) Musical Intelligence (Music Smart), f) Interpersonal Intelligence (People Smart), g) Intra personal Intelligence (Self Smart), h) Naturalist Intelligence (Nature Smart), i) Existence Intelligence.

B.       Delapan kecerdasan multiple integensi,
Menurut Gardner ( 1983) kecerdasan dibagi kedalam beberapa Parameter dibawah ini;
  1. Linguistic Intelligence (Word Smart)
Seseorang yang memiliki kecerdasan ini dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut, (a) suka menulis kreatif, (b) sukamengarang kisah khayal atau menceritakan lelucon, (c) sangat hafal nama, tempat, tanggal atauhal-hal kecil, (d) membaca di waktu senggang, (e) mengeja kata dengan tepat dan mudah, (f) suka mengisi teka-teki silang, (f) menikmati dengan cara mendengarkan, (g) unggul dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis dan berkomunikasi)

  1. Logical – Mathematical Intelligence (Number / Reasoning Smart)
Kecerdasan logical–mathematical dapat dilihat pada anak-anak yang memeiliki jiwa eksplorasi. Ciri anak yang memiliki kecerdasan ini adalah, (a) menghitung problem aritmatika dengancepat di luar kepala, (b) suka mengajukan pertanyaan yang sifatnya analisis, misalnya mengapahujan turun?, (c) ahli dalam permainan catur, halma dsb, (d) mampu menjelaskan masalah secaralogis, (d) suka merancang eksperimen untuk membuktikan sesuatu, (e) menghabiskan waktudengan permainan logika seperti teka-teki, berprestasi dalam Matematika dan IPA.

  1. Visual – Spatial Intelligence (Picture Smart)
Anak-anak dengan kecerdasan visual – spatial yang tinggi cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya dengan khayalan internal (internal imagery),
sehingga cenderung imaginatif dan kreatif.
Ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan visual-spatial adalah, (a) memberikan gambaran visual yang jelas ketikamenjelaskan sesuatu, (b) mudah membaca peta atau diagram, (c) menggambar sosok orang atau benda persis aslinya, (d) senang melihat film, slide, foto, atau karya seni lainnya, (e) sangatmenikmati kegiatan visual, seperti teka-teki atau sejenisnya, (f) suka melamun dan berfantasi, (g)mencoret-coret di atas kertas atau buku tugas sekolah, (h) lebih memahamai informasi lewatgambar daripada kata-kata atau uraian, (i) menonjol dalam mata pelajaran seni,

  1. Bodily – Kinesthetic Intelligence (Body Smart)
Anak-anak yang memiliki kecerdasan bodily – kinesthetic biasanya tidak suka diam, hanya mendengarkan pembicara, atau melihat saja. Bisanya mereka kurang suka membaca. Anak-anak yang memiliki kecerdasan bodily – kinesthetic di atas rata-rata, senang bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki kontrol pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak. Mereka
mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya.
Ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan ini biasanya, (a) banyak bergerak ketika duduk ataumendengarkan sesuatu, (b) aktif dalam kegiatan fisik seperti berenang, bersepeda, hiking atauskateboard, (c) perlu menyentuh sesuatu yang sedang dipelajarinya, (d) menikmati kegiatanmelompat, lari, gulat atau kegiatan fisik lainnya, (e) memperlihatkan keterampilan dalam bidangkerajinan tangan seperti mengukir, menjahit, memahat, (f) pandai menirukan gerakan, kebiasaanatau prilaku orang lain, (g) bereaksi secara fisik terhadap jawaban masalah yang dihadapinya, (h)suka membongkar berbagai benda kemudian menyusunnya lagi, (i) berprestasi dalam mata pelajaran olahraga dan yang bersifat kompetitif,

  1. Musical Intelligence (Music Smart)
Anak yang memiliki kecerdasan musical yang menonjol mudah mengenali dan mengingat nada-nada. Ia juga dapat mentranformasikan kata-kata menjadi lagu, dan menciptakan berbagai permainan musik. Selain mereka pintar melantunkan beat lagu dengan baik dan benar, mereka juga pandai menggunakan kosakata musical, dan peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau warna suara dalam sebuah komposisi musik.
Anak-anak memiliki kecerdasan ini biasanya, (a) suka memainkan alat musik di rumah atau disekolah, (b) mudah mengingat melodi suatu lagu, (c) lebih bisa belajar dengan iringan musik, (d) bernyanyi atau bersenandung untuk diri sendiri atau orang lain, (e) mudah mengikuti iramamusik, (f) mempunyai suara bagus untuk bernyanyi, (g) berprestasi bagus dalam mata pelajaran musik.

  1. Interpersonal Intelligence (People Smart)
Kecerdasan interpersonal biasanya dimiliki oleh anak yang menonjol dalam kemampuannya berinteraksi dengan orang lain, pintar menjalin hubungan sosial, serta mampu, mengetahui dan menggunakan beragam cara saat berinteraksi. Mereka juga mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan harapan orang lain, serta mampu bekerja sama denganm orang lain.
Berikut ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan Interpersonal Intelligence (People Smart),  (a) mempunyai banyak teman, (b) suka bersosialisasi di sekolah atau di lingkungan tempat tinggalnya, (c) banyak terlibat dalam kegiatankelompok di luar jam sekolah, (d) berperan sebagai penengah ketika terjadi konflik antartemannya, (e) berempati besar terhadap perasaan atau penderitaan orang lain, (f) sangatmenikmati pekerjaan mengajari orang lain, (g) berbakat menjadi pemimpin dan berperestasidalam mata pelajaran ilmu sosia.

  1. Intra personal Intelligence (Self Smart)
Anak dengan kecerdasan intra personal yang menonjol memiliki kepekaan perasaan dalam situasi yang tengah berlangsung, memahami diri sendiri, dan mampu mengendalikan diri dalam situasi konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan sosial. Mereka mengetahui kepada siapa harus meminta bantuan saat memerlukan.
Anak yang memiliki kecerdasan ini biasanya, (a) memperlihatkan sikap independen dan kemauan kuat, (b) bekerja atau belajar dengan baik seorang diri, (c) memiliki rasa percaya diri yang tinggi, (d) banyak belajar dari kesalahan masa lalu, (e) berpikir fokus dan terarah pada pencapaian tujuan, (f) banyak terlibat dalam hobi atau proyek yang dikerjakan sendiri

  1. Naturalist Intelligence (Nature Smart)
Anak-anak dengan kecerdasan naturalist yang menonjol memiliki ketertarikan yang besar terhadap alam sekitar, termasuk pada binatang, di usia yang sangat dini. Mereka menikmati benda-benda dan cerita yang berkaitan dengan fenomena alam, misalnya terjadinya awan dan hujan, asal usul binatang, pertumbuhan tanaman, dan tata surya.
Ciri-ciri yang dimiliki anak berkecerdasan naturalist intelegence adalah. (a) suka dan akrab pada berbagai hewan peliharaan, (b) sangat menikmati berjalan-jalan di alam terbuka, (c) suka berkebun atau dekatdengan taman dan memelihara binatang, (d) menghabiskan waktu di dekat akuarium atau sistemkehidupan alam, (e) suka membawa pulang serangga, daun bunga atau benda alam lainnya, (f) berprestasi dalam mata pelajaran IPA, Biologi, dan lingkungan hidup http://www.scribd.com/doc/56443198/Multiple-Intelegensi

  1. E xistence Intelligence
Anak yang memiliki kecerdasan ini memiliki ciri-ciri yaitu cenderung bersikap mempertanyakan segala sesuatu mengenai keberadaan manusia, arti kehidupan, mengapa manusia mengalami kematian, dan realitas yang dihadapinya. Kecerdasan ini dikembangkan oleh Gardner pada tahun 1999.



BAB III
PEMBAHASAN

A.    Pandangan Yang Salah Tentang Penerapan Multiple Intelligences
B.     Strategi dalam Multiple Intelegensi
Teori Multiple Intelligences memberikan kesempatan bagi guru – guru kesempatan untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang innovative yang relative baru di dunia pendidikan. Meskipun menurut Armstrong tidak ada satu strategi pun yang akan bekerja secara penuh untuk memacu kecerdasan ganda setiap siswa. Berikut adalah contoh – contoh strategi peningkatan kecerdasan ganda setiap anak.
1)        Linguistic Intelligence (Word Smart)
Menurut Thomas Amstrong, selain strategi tradisional dalam memfasilitasi anak yang memiliki kecerdasan lingustik seperti textbooks dan worksheet (lembar kerja) guru juga dapat menggunakan strategi-strategi seperti berikut;
a.       Storytelling/bercerita
Ketika guru menerapkan strategi pembelajaran storytelling, guru harus memasukkan konsep esensial, ide, dan materi yang hendak diajarkan kedalam cerita dan dijelaskan kepada siswa. Storytelling selain digunakan dalam mengajar yang sifatnya menyampaikan pengetahuan, juga dapat digunakan dalam matematik dan sains dengan baik. Contohnya; dalam materi pembagian, guru dapat menuangkan materi tersebut dalam cerita brothers and sisters yang memiliki kekuatan magic, apapun yang mereka sentuh akan menjadi berlipat ganda (anak pertama, double, anak ke-dua triples; dan seterusnya.
Persiapan untuk storyteling adalah mendata elemen-elemen esensial yang akan dimasukkan kedalam cerita. Kemudian menggunakan imaginasi untuk menciptakan special land (negeri dongeng), kelompok karakter yang penuh warna, alur cerita yang aneh (whimsical plot) untuk membawa pesan-pesan yang baik. Sangat baik jika sebelumnya memvisualisasikan dulu cerita dan berlatih didepan cermin. Cerita yang disampaikan tidak harus yang original atau luar biasa, siswa sering dengan mudah terkesan oleh keinginan guru yang kreatif dan bercerita dengan sepenuh hati tentang suatu subjek.

b.      Brainstorming (curah pendapat)
Dengan brainstorming, siswa dapat menghasilkan banyak kata dari fikiran mereka secara verbal yang dapat dikumpulkan dan ditulis dipapan atau memasukkannya dalam komputer. Brainstorming bisa tentang apa saja, contohnya kata-kata yang berhubungan dengan sastra, ide-ide untuk mengenbangkan proyek, berfikir tentang materi yang sedang dipelajari, saran untuk berwisata, dan sebagainya. Aturan umum dalam brainstorming adalah; siswa bertukar fikiran tentang apa yang datang dari fikiran mereka yang relevan dengan subjek pembelajaran, tidak mengkritik ide-ide yang keluar dari fikiran siswa, menggunakan sistem random untuk memilih ide-ide yang tertulis dipapan tulis atau menggunakan sistem spesial seperti, outline, mindmap, atau diagram venn untuk menyusun ide-ide tersebut. Setelah semua siswa berbagi, cari pola-pola atau kelompokan dalam ide-ide, minta siswa untuk merefleksi kan ide-ide tersebut atau gunakan ide-ide tersebut dalam proyek yang lebih spesifik (menuangkan ide-ide tersebut kedalam puisi). Strategi ini memberi kesempatan pada siswa yang mempunyai ide untuk menerima penghargaan atas fikiran-fikiran mereka.
c.       Tape Recorder
Tape recorder atau alat perekam lain dapat menjadi suatu alat pembelajaran yang bernilai didalam kelas. Hal ini dikarenakan tape recorder dapat menjadi fasilitas bagi siswa untuk mengemukakan ide-ide atau gagasan-gagasan mereka secara verbal khususnya bagi siswa yang mengalami kesilitan dalam menuangkan ide atau gagasannya secara tertulis. Dengan menggunakan tape recorder, siswa dapat mengembangkan kemampuan berbahasanya, menggunakan kemampuan berbahasanya untuk komunikasi, mengatasi masalah, dan mengungkapkan perasaannya. Siswa dapat menggunakan tape recorder untuk berbicara dengan suara keras tentang masalah yang sedang dicari pemecahannya, atau suatu pekerjaan yang sedang mereka lakukan. Mereka juga dapat menggunakan tape recorder untuk mempersiapkan tulisan mereka,   membantu memudahkan mereka untuk berbicara tentang topik mereka. Bebesrapa siswa mungkin saja menggunakan tape recorder untuk mengirimkan “oral letters” pada siswa lain untuk berbagi pengalaman pribadi mereka dan mendapat feedback dari teman mereka.

d.      Journal Writing
Dalam jurnal siswa dapat menulis tentang apapun yang sedang mereka fikirkan atau tentang kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Jurnal juga dapat digunakan dalam berbagai mata pelajaran, seperti dalam mata pelajaran matematika (menuliskan strategi siswa dalam mengatasi masalah), dalam mata pelajaran science (menyimpan catatan tentang experimen yang dilakukan siswa, hipotesa, dan ide-ide baru yang muncul dari pekerjaan siswa), dalam mata pelajaran sastra (mencatat respon-respon siswa dari buku yang dibaca secara berkesinambungan). Mereka juga dapat menggabungkan multiple intelegensi didalamnya dengan memasukkan gambar-gambar, sketsa, photo, dialog, dan data nonverbal lainnya. Strategi ini juga menggambarkan intrapersonal intelegensi sejauh sebagai pekerjaan siswa secara individu dan menggunakan jurnal untuk merefleksikan kehidupan mereka.

e.       Publishing
Ada beberapa bentuk dari publishing, siswa dapat menyerahkan tulisan meraka pada kelas atau majalah sekolah, city newspaper, children’s magazine, atau penerbit (publishing) lain yang dapat menerima pekerjaan siswa. Tulisan siswa juga bisa dipublikasikan dengan menggunakan desktop publishing sofware seperti Microsoft Publisher, Print Shop, or Print Explotion dan kemudian dijilid dalam bentuk buku dan disimpan di sesi yang spesial dikelas atau perpustakaan sekolah.
Setelah  dipublikasikan, adakan interaksi anatara penulis dan pembaca, guru bisa mengadakan suatu acara/pesta penandatanganan dan diskusi tentang tulisan siswa. Ketika siswa mengetahui bahwa teman-temannya cukup peduli tentang tulisannya untuk memproduksi kembali, mendiskusikan, dan bahkan berargumen tentang tulisannya, mereka menjadi lebih semangat dan termotipasi untuk terus mengembangkan tulisannya.  

2)   Logical-Mathematical Intelligence
Berikut ini lima strategi dalam mengembangkan logical-mathematical intelegence digunakan dalam mata pelajaran di sekolah;

a.    Calculations dan Quantifications (perhitungan dan jumlah)
Dengan strategi ini, kita bisa memasukan perhitungan matematika pada mata pelajaran lain seperti IPS dan bahasa.Yang terpenting adalah bagaimana tetap berfokus pada jumlah/data – data yang menarik dan memasukan matematika dimana pun bisa ditemukan. Dengan memasukan angka – angka pada pelajaran non eksakta, kita bisa memacu siswa dengan kecerdasan logika matematika juga menyadarkan siswa lain bahwa matematika tidak hanya ada dalam matematika tapi juga dalam kehidupan.
b.      Classification and Categorizations (Pengelompokan dan Pengkategorian)
Logika berfikir dapat distimulasi kapanpun suatu informasi dapat di fahami dalam kerangka pikiran yang rasional, baik itu data linguistic, matematika, spatial maupun data lainnya. Contoh dari strategi ini adalah Diagram Venn, time lines (urutan waktu), 5W organizers (diagram yang menjawab pertanyaan – pertanyaan) serta mind-maps. Tujuan dari strategi ini adalah bahwa informasi yang berbeda dapat disusun terpusat dan menjadikannya lebih mudah diingat, didiskusikan dan dipikirkan.
c.       Socratic Questioning
Dalam metode ini, guru menjadi penanya dari pandangan siswa – siswanya. Seperti yang dilakukan oleh Socrates, daripada berbicara pada siswa, lebih baik guru berpartisipasi atau berdialog dengan mereka. Guru berperan meluruskan, menjembatani pemahaman logika, atau relevansi sesuatu melalui pertanyaan – pertanyaan yang menantang.
d.      Heuristics
Strategi heuristics mengacu pada penerapan strategi, mengikuti panduan, dan saran untuk menyelesaikan suatu masalah. Siswa ditantang untuk menyelesaikan suatu permasalahan/teka – teki melalui analisa logis. Heuristics mengajak siswa menganalisa dan berbicara untuk membantu mereka menemukan cara penyelesaian masalah.
e.       Science Thinking (Berpikir Ilmiah)
Berpikir ilimiah berarti mendasarkan suatu pemikiran pada teori ataupun penelitian. Berpikir secara ilmiah bukan hanya terjadi pada mata pelajaran matematika atau science saja tapi juga di bidang lain. Dengan berpikir ilmiah siswa akan memiliki pandangan lain yang bisa memperkaya perspektif berpikir mereka.
3)   Spatial Intelligence
Berikut adalah beberapa strategi mengajar untuk melibatkan kecerdasan spatial dalam kelas.
a.       Visualization (Visualisasi)
Salah satu cara paling mudah bagi siswa untuk menterjemahkan materi yang mereka pelajari kedalam bentuk gambar ialah dengan mereka menutup mata  dan membayangkan apa yang sedang dipelajari. Aplikasi strategi ini melibatkan siswa untuk menciptakan gambaran masing – masing tentang sesuatu dalam pikiran mereka.
b.      Color Cues (bermain warna)
Siswa dengan kecerdasan spasial tinggi biasanya sangat sensitive terhadap warna. Sayangnya, sekolah biasanya hanya diisi dengan teks berwarna hitam – putih, lembar kerja dan juga papan tulis. Ada beberapa cara kreatif untuk membawa warna – warna kedalam kelas. Kita bisa menggunakan kapur berwarna – warni, transparansi, spidol,  maupun crayon. Ajaklah siswa untuk menulis dengan ballpoint yang berwarna – warni. Pada akhirnya siswa bebas memilih warna favorit mereka untuk mengurangi rasa stress mereka dalam menyelesaikan suatu soal.
c.       Picture Methapors (gambaran methapora)
Methapora adalah membandingkan sesuatu dengan hal lain yang sepertinya tidak berhubungan sama sekali. Gambar methapora menunjukan konsep ini sebagai gambar visual. Anak pada usia dini pada umumnya ahli dalam methapora, sayangnya kemampuan ini ketika mereka tumbuh dewasa. Seorang guru bisa menggunakan kemampuan methapor ini untuk membantu siswa memahami materi baru pembelajaran. Inti dari penggunaan methapora terletak pada menghubungkan antara sesuatu yang sudah dipahami siswa dengan hal – hal baru. 
d.      Idea Sketching
Catatan orang – orang terkenal seperti Thomas Edison, Henry Ford dan Charles Darwin mengungkapkan bahwa tokoh terkenal tersebut menggunakan gambar – gambar sederhana dalam mengembangkan ide – ide brilian mereka. Para guru harus menyadari bahwa hal menuliskan ide dalam sketsa sederhana dapat membantu siswa mencapai pemahaman mereka dalam hal tertentu.
e.       Graphic Symbols
Salah satu strategi pembelajaran paling tradisional ialah menulis kata – kata di papan tulis. Hal yang jarang dilakukan khususnya di luar sekolah dasar ialah menggambar di papan tulis. Padahal gambar sangatlah penting bagi siswa yang mempunyai kecerdasan spatial tinggi. Bagi guru yang mendukung pembelajaran mereka dengan gambar akan lebih dipahami oleh para siswanya. 

4)   Kinesthetic Intelligence
a.       Body Answer 
b.      Classroom Theather
c.       Kinesthetic Concepts
d.      Hands – On Thinking
e.       Body Maps

5)   Musical Intelligence
a.      Rhythms, songs, raps and chants
b.      Discographies
c.       Supermemory Music
d.      Musical Concepts
e.       Mood Music

6)   Interpersonal Intelligence
a.      Peer Sharing
b.      People Sculptures
c.       Cooperative Groups
d.      Board Games
e.       Simulation

7)   Intrapersonal Intelligence
a.      One – Minute Reflection Period
b.      Personal Connection
c.       Choice Time
d.      Feeling – Toned Moments
e.       Goal – Setting Sessions

8)   Natural Intelligence
a.      Nature Walk
b.      Windows onto Learning
c.       Plants as Props
d.      Pet in the Classroom
e.       Eco – Study

C.    Fasilitas Pembelajaran dalam Multiple Intelegensi
Menurut Thomas Amstrong dalam bukunya Multiple Intelegences in The Classroom, fasilitas yang dapat menunjang aktifitas dalam pembelaja multiple intelegnsi dibagi menjadi 2, yaitu ada yang bersifat tetap dan ada sementara.
     Berikut adalah fasilitas yang bersifat tetap atau permanen;
a.      Linguistik
§  Pojok buku atau perpustakaan (dengan desain yang nyaman),
§  Laboratorium bahasa (audio files, earphone, talking books)
§  Writing center atau fasilitas untuk menulis (typewriters, word processing, software, paper)
b.      Logical-Mathematical
§  Math lab (calculators, manipulatives)
§  Science center (chemistry set, microphone, measurement materials)
c.       Spatial
§  Art area (paints, collage materials, draw and paint software)
§  Visual media center (video, animations, software, videocams)
§  Visual-thinking area (maps, graphs, visual puzzles, picture library, three-dimensional buliding materials)
d.      Body-Kinestetik
§  Membuka ruang atau arena untuk bergerak (mini-trampolin, juggling equipment)
§  Hands-on center (clay, carpentry, blocks)
§  Tactile-learning area (relief maps, samples of different textures, sand-paper letters)
§  Drama center (stage for perpform. Puppet theater)
e.       Musical
§  Music lab (audio files of sound effects, earphones, music library)
§  Music performance center (percussion instruments, audio recorder, methronome)
§  Listening lab (stethoscope, walkie talkies, small bottles containing differents “mystery sounds” when shaken)
f.        Interpersonal
§  Round table for group discussions
§  Desks paired together for peer teaching
§  Social area (board games, comfortable furniture for informal social gatherings)
g.      Intrapersonal
§  Study carrels for ondividual work
§  Loft (with nooks and crannies for privacy)
§  Computer hutch (for self-paced study)
h.      Naturalist
§  Plant center with gardening tools and supplies,
§  Animal center with a gerbil or rabbit cage, a terrarium, or an ant farm,
§  Aquatic center with an aquarium and tools for measuring and observing marine life.


D.    Memahami implementasi multiple intelegensi pada program sekolah tradisional.
E.     Manfaat penerapkan multiple intelegensi disekolah.
Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh bila menerapkan Multiple
Intelligence di dalam proses pendidikan yang dilaksanakan.
1.      Kita dapat menggunakan kerangka Multiple Intelligences dalam melaksanakan proses pengajaran secara luas.
2.      Aktivitas yang bisa dilakukan seperti menggambar, menciptakan lagu, mendengarkan musik, melihat suatu pertunjukan.
3.      Dapat menjadi ‘pintu masuk’ yang vital ke dalam proses belajar. Bahkan siswa yang penampilannya kurang baik pada saat proses belajar menggunakan pola tradisional (menekankan bahasa dan logika), jika aktivitas ini dilakukan akan memunculkan semangat mereka untuk belajar.
4.      Dengan menggunakan Multiple Intelligences. Anda menyediakan kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan, minat, dan talentanya.
5.      Peran serta orang tua dan masyarakat akan semakin meningkat di dalam mendukung proses belajar mengajar. Hal ini bisa terjadi karena setiap aktivitas siswa di dalam proses belajar akan melibatkan anggota masyarakat.
6.      Siswa akan mampu menunjukkan dan ‘berbagi’ tentang kelebihan yang dimilikinya.
7.      Membangun kelebihan yang dimiliki akan memberikan suatu motivasi untuk menjadikan siswa sebagai seorang ‘spesialis’.
8.      Pada saat Anda ‘mengajar untuk memahami’ , siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kemampuan untuk mencari solusi dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya.




BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A.  Kesimpulan
Kadang-kadang kita berpikir bahwa untuk menerapkan berbagai metode pengajaran yang berkembang akhir-akhir ini diperlukan suatu peralatan yang canggih untuk menunjang proses belajar. Padahal yang sebenarnya tidaklahdem ikian. Di dalam menerapkan Multiple Intelligences di dalam proses pengajaran dapat dilakukan melalui beberapa cara, di antaranya dengan menggunakan musik untuk mengembangkan Musical Intelligence, belajar kelompok untuk mengembangkan Interpersonal Intelligence, aktivitas seni untuk mengembangkan Visual-Spatial Intelligence, role play untuk mengembangkan Bodily-Kinesthetic Intelligence, perjalanan ke lapangan (Field Trips) untuk mengembangkan nature Intelligence, menggunakan Multimedia, refleksi diri untuk megembangkan Intra personal Intelligence, dan lain-lain. Keluar dari pola kebiasaan mengajar yang lama yaitu pengajaran yang hanya menekankan pada metoda ceramah sangatlah sulit, karena manusia cenderung tidak mau keluar dari zona nyaman sebagaimana yang diungkapkan oleh DePorter, Bobbi; Reardon, Mark; Mourie, Sarah Singer, 2000 di dalam bukunya yang berjudul Quantum Teaching. Manusia cenderung akan tetap mempertahankan kebiasaannya dan tidak mau mengambil risiko, karena untuk berubah berarti mereka dihadapkan pada resiko dari perubahan itu sendiri yang seringkali ‘menakutkan’.
Penerapan multiple Intelligences di dalam proses belajar mengajar tidak harus menunggu perintah dari atasan. Guru yang mencoba menerapkan Multiple Intelligences, berinisiatif untuk mencoba keluar dari zona nyaman agar pengajaran dapat dilakukan seefektif mungkin dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa guru adalah orang yang langsung terlibat di lapangan yang mengetahui secara jelas kebutuhan dan keunikan dari setiap siswa.

B.     Saran 
     Penulis menyadari  sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalh ini, masih banyak kekurangan dan kesalahan,  oleh karena itu, penulis berharap  agar pembaca  memberi saran  yang bersifat membangun demi perbaikan  makalah-makalah yang akan datang.
     Demikianlah  makalah ini, semoga bermanfaat untuk kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar