Multiple Intelligence di Dalam Sekolah
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan diyakini merupakan salah satu cara untuk
menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Alok Chantia dalam studinya,
Education as a means of social change mengemukakan bahwa:
“Education
is the very foundation of good citizenship... It is principal instrument in
awakening the child to cultural values, in preparing him for later professional
training and in helping him to adjust normally to his environment.” Dengan kata lain pendidikan bisa menjadi hal paling
dasar untuk membangun masyarakat yang madani.
Bicara tentang pendidikan, tentu tidak dapat terlepas dari guru sebagai
pengajar dan siswa sebagai peserta didik. Namun dalam perjalanan proses
pendidikan selama ini, masih banyak ditemukan hal-hal yang tidak mencerminkan
proses pembalajaran yang seseungguhnya, dimana siswa diberi keleluasaan untuk
dapat mengembangkan potensi diri, bakat, dan minat.
Kesalahan yang pernah dilakukan guru dan mungkin masih dilakukan adalah
memnganggap bahwa kesuksesan peserta didik hanya diukur dari aspek kognitif
semata yaitu logika (matenatika) dan bahasa. Guru
lebih memaksakan kehendak diri tanpa mengindahkan potensi terbesar pada diri
siswa yang mampu membawa perubahan besar pada diri siswa itu sendiri.
Kecerdasan intelektual tidak hanya mencakup dua parameter saja yaitu
kecerdasan logika dan bahasa tetapi juga harus dilihat dari aspek kinetis,
musical, visual-spatial, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis.
Jenisjenis kecerdasan intelektual tersebut dikenal dengan sebutan kecerdasan jamak
(Multiple Intelligences) yang diperkenalkan oleh Howard Gardner pada tahun
1983.
Kita sebagai guru cenderung hanya menghargai kemampuan logika (matematika)
dan bahasa dengan mengesampingkan perhatian yang seimbang terhadap siswa yang
memiliki talenta (gift) di dalam kecerdasan yang lainnya seperti artis,
arsitek, musikus, ahli alam, designer, penari, terapis, entrepreneurs, dan lain-lain.
Sangat disayangkan bahwa saat ini banyak siswa yang memiliki talenta (gift),
namun tidak mendapatkan reinforcement baik oleh guru itu sendiri ataupun pihak
sekolah. Banyak sekali siswa yang pada kenyataannya dianggap sebagai anak yang “Learning Disabled” atau ADD (Attention Deficit Disorder), atau Underachiever, pada saat pola pemikiran
mereka yang unik tidak dapat diakomodasi oleh sekolah.
Teori Multiple Intelligences menyatakan bahwa kecerdasan meliputi delapan kemampuan intelektual. Teori tersebut
didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan intelektual yang diukur melalui tes
IQ sangatlah terbatas karena tes IQ hanya menekan pada kemampuan logika
(matematika) dan bahasa (Gardner, 2003). Berangkat dari fakta tersebut,
sesungguhnya setiap orang memiliki cara yang unik dalam mengatasi permasalahan
hidupnya. Kecerdasan tidak hanya dilihat dari nilai yang diperoleh seseorang.
Kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat suatu
masalah, lalu menyelesaikan masalah tersebut atau membuat sesuatu yang dapat
berguna bagi orang lain.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Parameter apa saja yang termasuk dalam kecerdasan multiple integensi?
2. Bagaimana strategi mengajar yang melibatkan multiple
intelegensi?
3. Aktivitas pembelajaran yang bagaimana yang dapat menggali
potensi multiple intelegensi?
4. Bagaimana multiple intelegensi pada program sekolah
tradisional?
5. Apa saja manfaat dari penerapan multiple intelegensi di
sekolah?
C.
Tujuan
Tujuan
penulisan makalah ini adalah;
1.
Memahami
delapan kecerdasan multiple integensi,
2. Memhami strategi mengajar yang melibatkan multiple
intelegensi?
3. Menjelaskan aktivitas pembelajaran yang dapat menggali
potensi multiple intelegnsi,
4. Memahami implementasi multiple intelegensi pada program
sekolah tradisional.
5. Menjelaskan manfaat apa saja yang didapat dengan
menerapkan multiple intelegensi disekolah.
D.
Manfaat
Penulisan Makalah
Manfaat yang kami harapkan setelah penulisan makalah ini adalah;
- Dapat memperluas wawasan
mahasiswa tentang kecerdasan
mulitipel intelegensi,
- Sebagai bahan perbandingan bagi makalah lain,
- Sebagai bahan referensi.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
Multiple Intelegences
Multiple Intelegensi (MI), menurut
Gardner (1983) dalam bukunya Frame of Mind: TheTheory of Multiple intelegences,
ada delapan jenis kecerdasan yang dimiliki setiap individu yaitu linguistik,
matematis-logis, spasial, kinestetik-jasmani, musikal, interpersonal,
intrapersonal, dannaturalis. Melalui delapan jenis kecerdasan ini, setiap
individu mengakses informasi yang akanmasuk ke dalam dirinya. Karena itu
Amstrong (2002) menyebutkan, kecerdasan tersebutmerupakan modalitas untuk
melejitkan kemampuan setiap siswa dan menjadikan mereka sebagaisang juara,
karena pada dasarnya setiap anak
Multiple Intelligences adalah delapan kecerdasan yang merupakan pengembangan
dari kecerdasan otak (IQ), kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual
(SQ). Semua jenis kecerdasan perlu dirangsang pada diri anak sejak usia dini,
mulai dari saat lahir hingga awal memasuki sekolah (7 – 8 tahun). (Kompas, 13
Oktober 2003).
Beberapa macam kecerdasan yang diungkapkan oleh Gardner (1983) yaitu: a) Linguistic Intelligence (Word Smart), b) Logical
– Mathematical Intelligence (Number / Reasoning Smart), c) Visual – Spatial
Intelligence (Picture Smart), d) Bodily – Kinesthetic Intelligence (Body Smart),
e) Musical Intelligence (Music Smart), f) Interpersonal Intelligence (People
Smart), g) Intra personal Intelligence (Self Smart), h) Naturalist Intelligence
(Nature Smart), i) Existence Intelligence.
B.
Delapan kecerdasan multiple integensi,
Menurut Gardner ( 1983) kecerdasan dibagi kedalam
beberapa Parameter dibawah ini;
- Linguistic Intelligence (Word Smart)
Seseorang yang memiliki
kecerdasan ini dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut, (a) suka
menulis kreatif, (b) sukamengarang kisah khayal atau menceritakan lelucon, (c)
sangat hafal nama, tempat, tanggal atauhal-hal kecil, (d) membaca di waktu
senggang, (e) mengeja kata dengan tepat dan mudah, (f) suka mengisi teka-teki
silang, (f) menikmati dengan cara mendengarkan, (g) unggul dalam
mata pelajaran bahasa (membaca, menulis dan berkomunikasi)
- Logical – Mathematical Intelligence (Number /
Reasoning Smart)
Kecerdasan logical–mathematical dapat
dilihat pada anak-anak yang memeiliki jiwa eksplorasi. Ciri anak yang memiliki
kecerdasan ini adalah, (a) menghitung problem aritmatika dengancepat di luar
kepala, (b) suka mengajukan pertanyaan yang sifatnya analisis, misalnya
mengapahujan turun?, (c) ahli dalam permainan catur, halma dsb, (d) mampu
menjelaskan masalah secaralogis, (d) suka merancang eksperimen untuk membuktikan
sesuatu, (e) menghabiskan waktudengan permainan logika seperti teka-teki,
berprestasi dalam Matematika dan IPA.
- Visual – Spatial Intelligence (Picture Smart)
Anak-anak dengan kecerdasan
visual – spatial yang tinggi cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya
dengan khayalan internal (internal imagery),
sehingga cenderung imaginatif dan
kreatif.
Ciri-ciri anak yang memiliki
kecerdasan visual-spatial adalah, (a) memberikan gambaran visual yang
jelas ketikamenjelaskan sesuatu, (b) mudah membaca peta atau diagram, (c)
menggambar sosok orang atau benda persis aslinya, (d) senang melihat film,
slide, foto, atau karya seni lainnya, (e) sangatmenikmati kegiatan visual,
seperti teka-teki atau sejenisnya, (f) suka melamun dan berfantasi, (g)mencoret-coret
di atas kertas atau buku tugas sekolah, (h) lebih memahamai informasi
lewatgambar daripada kata-kata atau uraian, (i) menonjol dalam mata pelajaran
seni,
- Bodily – Kinesthetic Intelligence (Body Smart)
Anak-anak yang memiliki
kecerdasan bodily – kinesthetic biasanya tidak suka diam, hanya mendengarkan
pembicara, atau melihat saja. Bisanya mereka kurang suka membaca. Anak-anak
yang memiliki kecerdasan bodily – kinesthetic di atas rata-rata, senang bergerak
dan menyentuh. Mereka memiliki kontrol pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan,
dan keanggunan dalam bergerak. Mereka
mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya.
Ciri-ciri anak yang memiliki
kecerdasan ini biasanya, (a) banyak bergerak ketika duduk ataumendengarkan
sesuatu, (b) aktif dalam kegiatan fisik seperti berenang, bersepeda, hiking
atauskateboard, (c) perlu menyentuh sesuatu yang sedang dipelajarinya, (d)
menikmati kegiatanmelompat, lari, gulat atau kegiatan fisik lainnya, (e)
memperlihatkan keterampilan dalam bidangkerajinan tangan seperti mengukir,
menjahit, memahat, (f) pandai menirukan gerakan, kebiasaanatau prilaku orang
lain, (g) bereaksi secara fisik terhadap jawaban masalah yang dihadapinya,
(h)suka membongkar berbagai benda kemudian menyusunnya lagi, (i) berprestasi
dalam mata pelajaran olahraga dan yang bersifat kompetitif,
- Musical Intelligence (Music Smart)
Anak yang memiliki kecerdasan
musical yang menonjol mudah mengenali dan mengingat nada-nada. Ia juga dapat
mentranformasikan kata-kata menjadi lagu, dan menciptakan berbagai permainan
musik. Selain mereka pintar melantunkan beat lagu dengan baik dan benar, mereka
juga pandai menggunakan kosakata musical, dan peka terhadap ritme, ketukan,
melodi atau warna suara dalam sebuah komposisi musik.
Anak-anak memiliki kecerdasan ini biasanya, (a) suka memainkan alat musik di
rumah atau disekolah, (b) mudah mengingat melodi suatu lagu, (c) lebih bisa
belajar dengan iringan musik, (d) bernyanyi atau bersenandung untuk diri
sendiri atau orang lain, (e) mudah mengikuti iramamusik, (f) mempunyai suara
bagus untuk bernyanyi, (g) berprestasi bagus dalam mata pelajaran musik.
- Interpersonal Intelligence (People Smart)
Kecerdasan interpersonal biasanya
dimiliki oleh anak yang menonjol dalam kemampuannya berinteraksi dengan orang
lain, pintar menjalin hubungan sosial, serta mampu, mengetahui dan menggunakan
beragam cara saat berinteraksi. Mereka juga mampu merasakan perasaan, pikiran,
tingkah laku dan harapan orang lain, serta mampu bekerja sama denganm orang
lain.
Berikut
ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan Interpersonal Intelligence (People Smart), (a) mempunyai banyak teman, (b)
suka bersosialisasi di sekolah atau di lingkungan tempat tinggalnya, (c)
banyak terlibat dalam kegiatankelompok di luar jam sekolah, (d) berperan
sebagai penengah ketika terjadi konflik antartemannya, (e) berempati besar
terhadap perasaan atau penderitaan orang lain, (f) sangatmenikmati pekerjaan
mengajari orang lain, (g) berbakat menjadi pemimpin dan berperestasidalam mata
pelajaran ilmu sosia.
- Intra personal Intelligence (Self Smart)
Anak dengan kecerdasan intra
personal yang menonjol memiliki kepekaan perasaan dalam situasi yang tengah
berlangsung, memahami diri sendiri, dan mampu mengendalikan diri dalam situasi
konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat
dilakukan dalam lingkungan sosial. Mereka mengetahui kepada siapa harus meminta
bantuan saat memerlukan.
Anak yang memiliki kecerdasan ini
biasanya, (a) memperlihatkan sikap independen dan kemauan
kuat, (b) bekerja atau belajar dengan baik seorang diri, (c) memiliki rasa
percaya diri yang tinggi, (d) banyak belajar dari kesalahan masa
lalu, (e) berpikir fokus dan terarah pada pencapaian tujuan, (f) banyak
terlibat dalam hobi atau proyek yang dikerjakan sendiri
- Naturalist Intelligence (Nature Smart)
Anak-anak dengan kecerdasan
naturalist yang menonjol memiliki ketertarikan yang besar terhadap alam
sekitar, termasuk pada binatang, di usia yang sangat dini. Mereka menikmati
benda-benda dan cerita yang berkaitan dengan fenomena alam, misalnya terjadinya
awan dan hujan, asal usul binatang, pertumbuhan tanaman, dan tata surya.
Ciri-ciri yang dimiliki anak berkecerdasan naturalist intelegence adalah. (a) suka dan
akrab pada berbagai hewan peliharaan, (b) sangat menikmati berjalan-jalan
di alam terbuka, (c) suka berkebun atau dekatdengan taman dan memelihara
binatang, (d) menghabiskan waktu di dekat akuarium atau sistemkehidupan alam,
(e) suka membawa pulang serangga, daun bunga atau benda alam lainnya,
(f) berprestasi dalam mata pelajaran IPA, Biologi, dan lingkungan hidup http://www.scribd.com/doc/56443198/Multiple-Intelegensi
- E xistence Intelligence
Anak yang memiliki kecerdasan ini
memiliki ciri-ciri yaitu cenderung bersikap mempertanyakan segala sesuatu
mengenai keberadaan manusia, arti kehidupan, mengapa manusia mengalami
kematian, dan realitas yang dihadapinya. Kecerdasan ini dikembangkan oleh
Gardner pada tahun 1999.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Pandangan
Yang Salah Tentang Penerapan Multiple Intelligences
B.
Strategi dalam Multiple Intelegensi
Teori Multiple Intelligences
memberikan kesempatan bagi guru – guru kesempatan untuk mengembangkan strategi
pembelajaran yang innovative yang relative baru di dunia pendidikan. Meskipun
menurut Armstrong tidak ada satu strategi pun yang akan bekerja secara penuh
untuk memacu kecerdasan ganda setiap siswa. Berikut adalah contoh – contoh
strategi peningkatan kecerdasan ganda setiap anak.
1)
Linguistic Intelligence (Word Smart)
Menurut Thomas Amstrong, selain strategi tradisional dalam memfasilitasi anak yang memiliki kecerdasan
lingustik seperti textbooks dan worksheet (lembar kerja) guru
juga dapat menggunakan strategi-strategi seperti berikut;
a.
Storytelling/bercerita
Ketika guru menerapkan strategi
pembelajaran storytelling, guru harus memasukkan konsep esensial, ide, dan
materi yang hendak diajarkan kedalam cerita dan dijelaskan kepada siswa. Storytelling
selain digunakan dalam mengajar yang sifatnya menyampaikan pengetahuan, juga
dapat digunakan dalam matematik dan sains dengan baik. Contohnya; dalam materi
pembagian, guru dapat menuangkan materi tersebut dalam cerita brothers and
sisters yang memiliki kekuatan magic, apapun yang mereka sentuh akan menjadi
berlipat ganda (anak pertama, double, anak ke-dua triples; dan seterusnya.
Persiapan untuk storyteling
adalah mendata elemen-elemen esensial yang akan dimasukkan kedalam cerita.
Kemudian menggunakan imaginasi untuk menciptakan special land (negeri dongeng),
kelompok karakter yang penuh warna, alur cerita yang aneh (whimsical plot)
untuk membawa pesan-pesan yang baik. Sangat baik jika sebelumnya
memvisualisasikan dulu cerita dan berlatih didepan cermin. Cerita yang
disampaikan tidak harus yang original atau luar biasa, siswa sering dengan
mudah terkesan oleh keinginan guru yang kreatif dan bercerita dengan sepenuh
hati tentang suatu subjek.
b.
Brainstorming (curah pendapat)
Dengan brainstorming, siswa dapat
menghasilkan banyak kata dari fikiran mereka secara verbal yang dapat dikumpulkan
dan ditulis dipapan atau memasukkannya dalam komputer. Brainstorming bisa
tentang apa saja, contohnya kata-kata yang berhubungan dengan sastra, ide-ide
untuk mengenbangkan proyek, berfikir tentang materi yang sedang dipelajari,
saran untuk berwisata, dan sebagainya. Aturan umum dalam brainstorming adalah;
siswa bertukar fikiran tentang apa yang datang dari fikiran mereka yang relevan
dengan subjek pembelajaran, tidak mengkritik ide-ide yang keluar dari fikiran
siswa, menggunakan sistem random untuk memilih ide-ide yang tertulis dipapan
tulis atau menggunakan sistem spesial seperti, outline, mindmap, atau diagram
venn untuk menyusun ide-ide tersebut. Setelah semua siswa berbagi, cari
pola-pola atau kelompokan dalam ide-ide, minta siswa untuk merefleksi kan
ide-ide tersebut atau gunakan ide-ide tersebut dalam proyek yang lebih spesifik
(menuangkan ide-ide tersebut kedalam puisi). Strategi ini memberi kesempatan
pada siswa yang mempunyai ide untuk menerima penghargaan atas fikiran-fikiran
mereka.
c.
Tape Recorder
Tape recorder atau alat perekam lain dapat menjadi suatu alat pembelajaran
yang bernilai didalam kelas. Hal ini dikarenakan tape recorder dapat menjadi fasilitas bagi siswa untuk mengemukakan ide-ide atau
gagasan-gagasan mereka secara verbal khususnya bagi siswa yang mengalami
kesilitan dalam menuangkan ide atau gagasannya secara tertulis. Dengan
menggunakan tape recorder, siswa dapat mengembangkan kemampuan berbahasanya,
menggunakan kemampuan berbahasanya untuk komunikasi, mengatasi masalah, dan mengungkapkan
perasaannya. Siswa dapat menggunakan tape recorder untuk berbicara dengan suara
keras tentang masalah yang sedang dicari pemecahannya, atau suatu pekerjaan
yang sedang mereka lakukan. Mereka juga dapat menggunakan tape recorder untuk
mempersiapkan tulisan mereka, membantu
memudahkan mereka untuk berbicara tentang topik mereka. Bebesrapa siswa mungkin
saja menggunakan tape recorder untuk mengirimkan “oral letters” pada siswa lain
untuk berbagi pengalaman pribadi mereka dan mendapat feedback dari teman
mereka.
d.
Journal Writing
Dalam jurnal siswa dapat menulis
tentang apapun yang sedang mereka fikirkan atau tentang kegiatan pembelajaran
yang sedang berlangsung. Jurnal juga dapat digunakan dalam berbagai mata
pelajaran, seperti dalam mata pelajaran matematika (menuliskan strategi siswa
dalam mengatasi masalah), dalam mata pelajaran science (menyimpan catatan tentang experimen yang dilakukan siswa,
hipotesa, dan ide-ide baru yang muncul dari pekerjaan siswa), dalam mata
pelajaran sastra (mencatat respon-respon siswa
dari buku yang dibaca secara berkesinambungan). Mereka juga dapat menggabungkan
multiple intelegensi didalamnya dengan memasukkan
gambar-gambar, sketsa, photo, dialog, dan data nonverbal lainnya. Strategi ini
juga menggambarkan intrapersonal intelegensi sejauh sebagai pekerjaan siswa
secara individu dan menggunakan jurnal untuk merefleksikan kehidupan mereka.
e.
Publishing
Ada beberapa bentuk dari
publishing, siswa dapat menyerahkan tulisan meraka pada kelas atau majalah
sekolah, city newspaper, children’s magazine, atau penerbit (publishing) lain
yang dapat menerima pekerjaan siswa. Tulisan siswa juga bisa dipublikasikan
dengan menggunakan desktop publishing sofware seperti Microsoft Publisher,
Print Shop, or Print Explotion dan kemudian dijilid dalam bentuk buku dan
disimpan di sesi yang spesial dikelas atau perpustakaan sekolah.
Setelah dipublikasikan, adakan interaksi
anatara penulis dan pembaca, guru bisa mengadakan suatu acara/pesta
penandatanganan dan diskusi tentang tulisan siswa. Ketika siswa mengetahui
bahwa teman-temannya cukup peduli tentang tulisannya untuk memproduksi kembali,
mendiskusikan, dan bahkan berargumen tentang tulisannya, mereka menjadi lebih
semangat dan termotipasi untuk terus mengembangkan tulisannya.
2) Logical-Mathematical Intelligence
Berikut ini lima strategi dalam mengembangkan logical-mathematical
intelegence digunakan dalam mata pelajaran di sekolah;
a.
Calculations
dan Quantifications (perhitungan dan jumlah)
Dengan strategi ini, kita bisa memasukan perhitungan
matematika pada mata pelajaran lain seperti IPS dan bahasa.Yang terpenting
adalah bagaimana tetap berfokus pada jumlah/data – data yang menarik dan
memasukan matematika dimana pun bisa ditemukan. Dengan memasukan angka – angka
pada pelajaran non eksakta, kita bisa memacu siswa dengan kecerdasan logika
matematika juga menyadarkan siswa lain bahwa matematika tidak hanya ada dalam
matematika tapi juga dalam kehidupan.
b. Classification
and Categorizations (Pengelompokan dan Pengkategorian)
Logika berfikir dapat distimulasi kapanpun suatu
informasi dapat di fahami dalam kerangka pikiran yang rasional, baik itu data
linguistic, matematika, spatial maupun data lainnya. Contoh dari strategi ini
adalah Diagram Venn, time lines (urutan
waktu), 5W organizers (diagram yang menjawab pertanyaan – pertanyaan) serta
mind-maps. Tujuan dari strategi ini adalah bahwa informasi yang berbeda dapat
disusun terpusat dan menjadikannya lebih mudah diingat, didiskusikan dan
dipikirkan.
c. Socratic
Questioning
Dalam metode ini, guru menjadi penanya dari
pandangan siswa – siswanya. Seperti yang dilakukan oleh Socrates, daripada
berbicara pada siswa, lebih baik guru berpartisipasi atau berdialog dengan
mereka. Guru berperan meluruskan, menjembatani pemahaman logika, atau relevansi
sesuatu melalui pertanyaan – pertanyaan yang menantang.
d. Heuristics
Strategi heuristics mengacu pada penerapan strategi,
mengikuti panduan, dan saran untuk menyelesaikan suatu masalah. Siswa ditantang
untuk menyelesaikan suatu permasalahan/teka – teki melalui analisa logis.
Heuristics mengajak siswa menganalisa dan berbicara untuk membantu mereka
menemukan cara penyelesaian masalah.
e. Science
Thinking (Berpikir Ilmiah)
Berpikir ilimiah berarti mendasarkan suatu pemikiran
pada teori ataupun penelitian. Berpikir secara ilmiah bukan hanya terjadi pada
mata pelajaran matematika atau science saja tapi juga di bidang lain. Dengan
berpikir ilmiah siswa akan memiliki pandangan lain yang bisa memperkaya
perspektif berpikir mereka.
3) Spatial Intelligence
Berikut
adalah beberapa strategi mengajar untuk melibatkan kecerdasan spatial dalam
kelas.
a. Visualization
(Visualisasi)
Salah satu cara paling mudah bagi siswa untuk
menterjemahkan materi yang mereka pelajari kedalam bentuk gambar ialah dengan
mereka menutup mata dan membayangkan apa
yang sedang dipelajari. Aplikasi strategi ini melibatkan siswa untuk
menciptakan gambaran masing – masing tentang sesuatu dalam pikiran mereka.
b. Color
Cues (bermain warna)
Siswa dengan kecerdasan spasial tinggi biasanya
sangat sensitive terhadap warna. Sayangnya, sekolah biasanya hanya diisi dengan
teks berwarna hitam – putih, lembar kerja dan juga papan tulis. Ada beberapa
cara kreatif untuk membawa warna – warna kedalam kelas. Kita bisa menggunakan
kapur berwarna – warni, transparansi, spidol,
maupun crayon. Ajaklah siswa untuk menulis dengan ballpoint yang
berwarna – warni. Pada akhirnya siswa bebas memilih warna favorit mereka untuk
mengurangi rasa stress mereka dalam menyelesaikan suatu soal.
c. Picture
Methapors (gambaran methapora)
Methapora adalah membandingkan sesuatu dengan hal
lain yang sepertinya tidak berhubungan sama sekali. Gambar methapora menunjukan
konsep ini sebagai gambar visual. Anak pada usia dini pada umumnya ahli dalam
methapora, sayangnya kemampuan ini ketika mereka tumbuh dewasa. Seorang guru
bisa menggunakan kemampuan methapor ini untuk membantu siswa memahami materi
baru pembelajaran. Inti dari penggunaan methapora terletak pada menghubungkan
antara sesuatu yang sudah dipahami siswa dengan hal – hal baru.
d. Idea
Sketching
Catatan orang – orang terkenal seperti Thomas
Edison, Henry Ford dan Charles Darwin mengungkapkan bahwa tokoh terkenal
tersebut menggunakan gambar – gambar sederhana dalam mengembangkan ide – ide
brilian mereka. Para guru harus menyadari bahwa hal menuliskan ide dalam sketsa
sederhana dapat membantu siswa mencapai pemahaman mereka dalam hal tertentu.
e. Graphic
Symbols
Salah satu strategi pembelajaran paling tradisional
ialah menulis kata – kata di papan tulis. Hal yang jarang dilakukan khususnya
di luar sekolah dasar ialah menggambar di papan tulis. Padahal gambar sangatlah
penting bagi siswa yang mempunyai kecerdasan spatial tinggi. Bagi guru yang
mendukung pembelajaran mereka dengan gambar akan lebih dipahami oleh para
siswanya.
4) Kinesthetic
Intelligence
a. Body
Answer
b. Classroom
Theather
c. Kinesthetic
Concepts
d. Hands
– On Thinking
e. Body
Maps
5) Musical
Intelligence
a. Rhythms,
songs, raps and chants
b. Discographies
c. Supermemory
Music
d. Musical
Concepts
e. Mood
Music
6) Interpersonal
Intelligence
a. Peer
Sharing
b. People
Sculptures
c. Cooperative
Groups
d. Board
Games
e. Simulation
7) Intrapersonal
Intelligence
a. One
– Minute Reflection Period
b. Personal
Connection
c. Choice
Time
d. Feeling
– Toned Moments
e. Goal
– Setting Sessions
8) Natural
Intelligence
a. Nature
Walk
b. Windows
onto Learning
c. Plants
as Props
d. Pet
in the Classroom
e. Eco
– Study
C.
Fasilitas Pembelajaran dalam Multiple Intelegensi
Menurut Thomas
Amstrong dalam bukunya Multiple Intelegences in The Classroom, fasilitas yang
dapat menunjang aktifitas dalam pembelaja multiple intelegnsi dibagi menjadi 2,
yaitu ada yang bersifat tetap dan ada sementara.
Berikut adalah
fasilitas yang bersifat tetap atau permanen;
a. Linguistik
§ Pojok buku atau perpustakaan (dengan desain yang nyaman),
§ Laboratorium bahasa (audio files, earphone, talking books)
§ Writing center atau fasilitas untuk menulis (typewriters,
word processing, software, paper)
b.
Logical-Mathematical
§ Math lab (calculators, manipulatives)
§ Science center (chemistry set, microphone, measurement
materials)
c.
Spatial
§ Art area (paints, collage materials, draw and paint
software)
§ Visual media center (video, animations, software,
videocams)
§ Visual-thinking area (maps, graphs, visual puzzles,
picture library, three-dimensional buliding materials)
d.
Body-Kinestetik
§ Membuka ruang atau arena untuk bergerak (mini-trampolin,
juggling equipment)
§ Hands-on center (clay, carpentry, blocks)
§ Tactile-learning area (relief maps, samples of different
textures, sand-paper letters)
§ Drama center (stage for perpform. Puppet theater)
e.
Musical
§ Music lab (audio files of sound effects, earphones, music
library)
§ Music performance center (percussion instruments, audio
recorder, methronome)
§ Listening lab (stethoscope, walkie talkies, small bottles
containing differents “mystery sounds” when shaken)
f.
Interpersonal
§ Round table for group discussions
§ Desks paired together for peer teaching
§ Social area (board games, comfortable furniture for
informal social gatherings)
g.
Intrapersonal
§ Study carrels for ondividual work
§ Loft (with nooks and crannies for privacy)
§ Computer hutch (for self-paced study)
h.
Naturalist
§ Plant center with gardening tools and supplies,
§ Animal center with a gerbil or rabbit cage, a terrarium,
or an ant farm,
§ Aquatic center with an aquarium and tools for measuring and
observing marine life.
D. Memahami implementasi multiple intelegensi pada program
sekolah tradisional.
E.
Manfaat penerapkan multiple intelegensi disekolah.
Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh bila
menerapkan Multiple
Intelligence di dalam proses pendidikan yang dilaksanakan.
1.
Kita dapat menggunakan kerangka Multiple Intelligences
dalam melaksanakan proses pengajaran secara luas.
2.
Aktivitas yang bisa dilakukan seperti menggambar,
menciptakan lagu, mendengarkan musik, melihat suatu pertunjukan.
3.
Dapat menjadi ‘pintu masuk’ yang vital ke dalam proses
belajar. Bahkan siswa yang penampilannya kurang baik pada saat proses belajar
menggunakan pola tradisional (menekankan bahasa dan logika), jika aktivitas ini
dilakukan akan memunculkan semangat mereka untuk belajar.
4.
Dengan menggunakan Multiple Intelligences. Anda
menyediakan kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan, minat,
dan talentanya.
5.
Peran serta orang tua dan masyarakat akan semakin
meningkat di dalam mendukung proses belajar mengajar. Hal ini bisa terjadi
karena setiap aktivitas siswa di dalam proses belajar akan melibatkan anggota masyarakat.
6.
Siswa akan mampu menunjukkan dan ‘berbagi’ tentang
kelebihan yang dimilikinya.
7.
Membangun kelebihan yang dimiliki akan memberikan
suatu motivasi untuk menjadikan siswa sebagai seorang ‘spesialis’.
8.
Pada saat Anda ‘mengajar untuk memahami’ , siswa akan
mendapatkan pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kemampuan untuk mencari
solusi dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya.
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kadang-kadang kita berpikir bahwa untuk menerapkan
berbagai metode pengajaran yang berkembang akhir-akhir ini diperlukan suatu
peralatan yang canggih untuk menunjang proses belajar. Padahal yang sebenarnya
tidaklahdem ikian. Di dalam menerapkan Multiple Intelligences di dalam proses
pengajaran dapat dilakukan melalui beberapa cara, di antaranya dengan
menggunakan musik untuk mengembangkan Musical Intelligence, belajar kelompok
untuk mengembangkan Interpersonal Intelligence, aktivitas seni untuk
mengembangkan Visual-Spatial Intelligence, role play untuk mengembangkan
Bodily-Kinesthetic Intelligence, perjalanan ke lapangan (Field Trips) untuk
mengembangkan nature Intelligence, menggunakan Multimedia, refleksi diri untuk
megembangkan Intra personal Intelligence, dan lain-lain. Keluar dari pola
kebiasaan mengajar yang lama yaitu pengajaran yang hanya menekankan pada metoda
ceramah sangatlah sulit, karena manusia cenderung tidak mau keluar dari zona
nyaman sebagaimana yang diungkapkan oleh DePorter, Bobbi; Reardon, Mark;
Mourie, Sarah Singer, 2000 di dalam bukunya yang berjudul Quantum Teaching.
Manusia cenderung akan tetap
mempertahankan
kebiasaannya dan tidak mau mengambil risiko, karena untuk berubah berarti mereka
dihadapkan pada resiko dari perubahan itu sendiri yang seringkali ‘menakutkan’.
Penerapan multiple Intelligences di dalam proses
belajar mengajar tidak
harus
menunggu perintah dari atasan. Guru yang mencoba menerapkan Multiple Intelligences,
berinisiatif untuk mencoba keluar dari zona nyaman agar pengajaran dapat
dilakukan seefektif mungkin dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Hal ini didasari
oleh pemikiran bahwa guru adalah orang yang langsung terlibat di lapangan
yang mengetahui secara jelas kebutuhan dan keunikan dari setiap siswa.
B.
Saran
Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalh ini, masih banyak kekurangan
dan kesalahan, oleh karena itu, penulis
berharap agar pembaca memberi saran
yang bersifat membangun demi perbaikan
makalah-makalah yang akan datang.
Demikianlah makalah ini,
semoga bermanfaat untuk kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar